Telepon di tengah malam
Semalam aku pulang jam 8.30. udah capek dan aku langsung tidur. sekitar jam 11 malam, hp ku bunyi. biasanya sih aku ga pernah terbangun denger bunyi hp, tapi semalam aku bangun juga. ketika aku melihat nomor yang muncul di layar hp, aku tau kalo itu dia. tapi aku pasti sangat kejam kalo aku ga angkat. aku terima aja telpnya (bukan dalam keadaan terpaksa). aku dengar suaranya walo aku masih dalam keadaan setengah sadar (sumpah, aku ngantuk sekali). aku lupa dia ngomong apa dan aku juga lupa aku jawab apa. kayaknya dia tanya: "masih marah ya?" aku jawab apa ya semalam? tapi ternyata dia belum berubah: menutup telp tanpa kata2 terakhir...itu memang kebiasaannya sejak lahir.
sudahlah, sayang. aku memaafkanmu. tapi bukan berarti aku orang yang gampang dipermainkan dan kemudian kamu mengulanginya lagi, minta maaf lagi, ulangi lagi, minta maaf lagi, ulangi lagi...
aku bukan Tuhan!
2 Comments:
Udah terlalu berlebihan kalo aku pikir...masakan dengan kata "simba negro" aja sudah bisa berkata aku adalah seorang sahabat yang berkedok rohani. Entah apa maksudnya, tapi aku pikir kata-katamu lebih kejam dari apa yang kamu rasakan dari kata-kataku.
Mungkin kau bukan Tuhan sama sekali, dan tidak pernah aku menuntut hal itu. Terima kasih untuk mengungkit kebiasaanku sejak lahir menutup telp tanpa kata-kata, tapi ketahuilah entah kamu yang sedang tertidur atau mengigau, tapi aku berkata..."Ya udah, selamat malam..."
Kamu berlaku kejam terhadap aku pun tidak pernah jadi masalah bagi diriku. Terdengar sombong memang, tapi aku hanya berpikir bahwa seorang sahabat adalah seorang yang bisa menerima kebiasaan lahir seseorang apa adanya, seorang sahabat adalah seorang yang bisa memaafkan beribu-ribu sekalipun karena dia tahu dan mengenal sahabatnya memiliki kelemahan, seorang sahabat juga bukan untuk saling mempermainkan karena dia selalu tulus menolong dan meminjamkan telinga untuk mendengar.
Maaf kalau dari semua kategori itu aku tidak termasuk...karena aku pun tidak pernah memaksa dirimu menjadi seorang sahabat, tidak pernah memaksa dirimu untuk memaafkanku, tidak pernah memaksa dirimu untuk menjawab setiap telp dariku, tidak pernah memaksa dirimu untuk menjadi Tuhan.
Sekali lagi maafkan.
Kaya anak kecil aja...berantem di blog. Hehehehe...lucu dan tidak akan kuulangi. :)
Post a Comment
<< Home